- SEJARAH SINGKAT KOTA SUKABUMI
- MORPHOLOGI KOTA SUKABUMI
- Terjadinya kepadatan pada jalan-jalan di pusat kota dengan aktivitas masyarakat. Hal ini akan menimbulkan kemacetan lalu lintas. Beberapa ruas jalan yang mulai menampakkan adanya perubahan fungsi dari rumah tinggal menjadi fungsi perdagangan atau jasa adalah Jl. Bhayangkara, Jl. Surya Kencana, Jl. Siliwangi, Jl. Bunut, dan Jl. Cikole.
- Peningkatan kepadatan volume lalu lintas pada pintu-pintu masuk kota. Dengan perkembangan yang terjadi saat ini dimana pusat kegiatan memusat di pusat Kota Sukabumi dan daerah tempat tinggal menyebar di wilayah pinggiran kota, maka dapat dipastikan padatnya volume lalu lintas pagi hari ketika menjelang jam sekolah maupun jam kantor. Terjadinya kondisi tersebut sangat logis karena :
Sepeti yang tertulis di artikel nama Soekaboemi sebenarnya telah ada sebelum hari jadi Kota Sukabumi yaitu 13 Januari 1815. Kota yang saat ini berluas 48,15 km2 ini asalnya terdiri dari beberapa kampung bernama Cikole dan Paroeng Seah, hingga seorang ahli bedah bernama Dr. Andries de Wilde menamakan Soekaboemi. Pada 1 April 1914, Sukabumi diangkat statusnya menjadi Gemeente. Alasannya, di kota ini banyak berdiam orang Belanda dan Eropa pemilik perkebunan (Preanger Planters) di daerah Selatan dan harus mendapatkan kepengurusan dan pelayanan yang istimewa. Pada tanggal yang sama 354 tahun yang lalu, Belanda bangga memenangkan perang melawan Spanyol. Itulah mengapa tanggal 1 April dijadikan ulang tahun Kota Sukabumi. Kemudian 1 Mei 1926 pemerintahan kota dibentuk dan diangkat Mr. GF. Rambonet sebagai burgemeester (wali kota) pertama di Sukabumi.
Perkembangan Kota Sukabumi saat ini, yang secara fisik dapat dikatakan masih lambat karena setelah adanya perluasan wilayah kota pembangunan hanya terjadi di wilayah “kota lama (wilayah kota sebelum mengalami perluasan)”, adalah sebagai berikut :
1. Struktur tata ruang Kota Sukabumi yang termasuk dalam kategori struktur ruang kota yang terpusat (consentric zone) karena semua kegiatan seperti perdagangan, perkantoran, pendidikan dan berbagai pelayanan jasa secara umum masih terkonsentrasi di pusat Kota Sukabumi.
2. Terbatasnya lahan dipusat kota mengakibatkan berkembangnya area-area permukiman di daerah pinggir kota dan juga telah meluas ke wilayah Kabupaten Sukabumi yang berbatasan dengan Kota Sukabumi, baik pemukiman yang tumbuh alami maupun lokasi-lokasi yang digunakan kompleks-kompleks perumahan.
3. Terdapat 5 jalan yang menjadi akses utama menuju pusat Kota Sukabumi yaitu dari arah timur adalah Jl. RA Kosasih (menuju Ciajur), dari arah barat Jl. RH Sanus (menuju Bogor), dari arah selatan Jl. Pelabuhan dan Jl. Didi Sukardi – Jl. Otista (menuju Palabuhanratu) dan dari arah utara Jl. Salabintana (menuju obyek wisata Salabintana). Perkembangan wilayah pinggiran yang tidak diimbangi dengan penyediaan fasilitas yang memadai mampu memberikan permasalahan tersendiri bagi Kota Sukabumi salah satunya adalah kemacetan lalu lintas. Hal ini disebabkan penduduk di wilayah pinggiran sebagian besar aktivitasnya berlangsung di pusat kota sehingga pada saat mereka akan melakukan aktivitasnya di kota secara bersamaan akan terjadi kemacetan lalu lintas akibat penumpukan kendaraan pribadi, kendaraan umum, kendaraan pengangkut barang di pintu masuk kota. Hal ini dapat dilihat di pintu masuk Kota Sukabumi di Pintu Hek (arah timur) dan Degung (arah barat). dimana pada pagi dan sore hari terjadi kepadatan arus lalu lintas.
Permasalahan-permasalahan yang timbul dari adanya kondisi Kota Sukabumi saat ini ada dua, yaitu
• Ruas jalan tersebut menjadi akses utama yang digunakan masyarakat mengingat lokasi-lokasi perumahan dan pemukiman mengakses pada jalan-jalan tersebut,
• Ruas jalan tersebut menjadi lintasan utama wilayah Kabupaten Sukabumi menuju Kota Sukabumi karena Kota Sukabumi sebagai pusat utama pengembangan di wilayah Sukabumi (Kota dan Kabupaten Sukabumi) memiliki peran sebagai pengumpul dan penyalur bagi wilayah belakangnya (hinterland) terutama Kabupaten Sukabumi.
sumber :